Advertise

Rumah Budaya Madura IKBM Kalimantan Barat photo RumahBudayaMaduraIKBMKalbar_zpscf4181e8.jpg
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Minggu, 28 Desember 2014

Wasit Ngambek Keluar Lapangan

0 komentar


Wasit Ngambek Keluar Lapangan
Catatan Ubay KPI

Tak hanya pemain (tim) saja yang kadang ngambek hingga keluar lapangan saat pertandingan (turnamen). Namun wasit kadang juga ada ngambeknya dan memilih keluar lapangan. Kisah untuk sikap terakhir begini ceritanya.
Sabtu, 27 Desember 2014, saya dipanggil orang PSSI Kalbar untuk memimpin dua tim yang akan bermain di Stadion Sultan Syarif Abdurahman Pontianak. Awalnya saya pikir hanya main biasa alias laga ingin cari keringat. Namun setengah babak pertama berjalan,  permainan mulai keras hingga ada kontak bodi yang berlebihan.
Saya yang memimpin permainan itu mulai curiga. Dugaan dalam hati saya, kedua tim jaga gengsi, dan dugaan kedua ada taruhan di luar lapangan.
Ternyata dugaan saya benar, kedua tim jaga gengsi. Di babak kedua saya memimpin dengan peraturan sesuai aturan PSSI. Luas lapangan SSA saya kelilingi menjaga permainan agar tetap sportif. Namun karena saya bekerja sendiri, alias tanpa dua asisten wasit yang biasa berjaga di dua sisi lapangan, saya juga punya keterbatasan tenaga.
Ofsaid, pelanggaran, lemparan ke dalam semua saya yang menentukan. Dimanapun, hingga wasit tingkat Eropa kadang ada pelanggaran yang tidak termonitor oleh wasit. Itu bagian dari keterbatasan wasit, umumnya karena pandangan.
Hingga akhirnya saya memilih keluar lapangan meninggalkan permainan, sekitar 10 menit babak kedua, ada pelanggaran yang tidak tampak oleh pandangan saya, waktu terjadi tackling dari belakang oleh satu pemain kepada pemain yang menguasai bola, saat bersamaan saya melihat kea rah zona ofsaid.
Saya memilih zona ofsaid pertimbangan saya karena bola jauh dari kotak 16, dan filling saya bola tersebut akan di long ke kawan setimnya yang ada di depan.
Akibat tackling yang tidak saya hokum tersebut, akhirnya si pemain marah-marah hingga menyebut “tak lihat kah matanya tuh” kepada saya.
Saya menanggapi dingin ungkapan itu, lantas saya menghampiri sekaligus memberitahu untuk harap maklum karena kesalahan saya, saya juga jelaskan kalau saya juga kerja sendiri memantau semua lapangan.
Ternyata sikap saya menjelaskan itu tidak ia terima. Hingga muncul ucapan kedua “Siapa suruh kerja sendiri”.
Itulah yang amat menghentakkan pikiran saya. Karena ucapan itu, saya memilih out dari lapangan. Tanpa ijin, selonong boy saya ke meja wasit di stadion itu.
Permainan tetap berlanjut, namun tidak seindah pada permainan sebelumnya. Akhirnya mereka menyudahi permainan dalam tempo 25 menit di babak kedua.
Dari kejadian itu, saya tidak jera memimpin permaianan tim tersebut. Bahkan saya masih ingin memimpin permainan mereka di lain waktu. Namun aturan permainan tetap akan 100 persen diterapkan sekaligus saya membawa kartu. Permainan tidak akan saya anggap main biasa sekedar sparing atau mencari keringat, namun seperti pertandingan atau turnamen resmi. Meski bayaran yang akan saya terima tidak setimpal.
Sekian cerita dari lapangan sepakbola kali ini.

@WK Tiam, Jalan Setia Budi Pontianak

Leave a Reply

 
Madura at West Borneo © 2014 | Designed By Blogger Templates