ROKAT, Selamatan Kampung ala Pematang Rambai
(Bagian
Pertama dari dua tulisan)
Rokat Kampong (selamatan kampung)
adalah tradisi masyarakat Madura yang tinggal di Desa Pematang Rambai Kecamatan
Kuala Mandor A Kabupaten Kubu Raya. Tradisi ini dilaksanakan setahun
sekali, yakni pada tanggal 27 Bulan Mulud atau bertepatan pada tanggal 27
Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah dan sudah berlangsung secara turun
temurun.
Rokat Kampong konon bermula ketika Kromo bin Tobin, seorang perantau dari Pulau Madura yang menikahi seorang wanita dari keturunan etnis dayak. Setelah menikah Mereka berdua kemudian tinggal di sebuah Kampung Pematang Rambai. Saat pertama kali mereka menginjakkan kaki di Kampung Pematang Rambai, Kromo bin Tobin melakukan sebuah ritual penolak bala'. Ritual inilah yang kemudian menjadi cikal bakalnya Rokat Kampung.
Rokat Kampong pada dasarnya ditujukan untuk meminta perlindungan pada roh-roh leluhur nenek moyang mereka agar tempat yang didiami terhindar dari segala bala' atau marabahaya, serangan binatang buas seperti buaya serta mata pencaharian dan hasil tani melimpah.
Dahulu ritual Rokat Kampong cenderung menggunakan faham animisme. Namun dalam perkembangannya terjadi perubahan, dengan bukti yang awalnya menggunakan mantra-mantra dan pada peristiwa selanjutnya unsur-unsur bacaan Islam (Doa-doa dalam agama Islam) mulai dimasukkan.
Satu hari sebelum rokat kampong digelar, yakni pada tanggal 26 bulan maulid terlebih dahulu diadakan khataman al-qur'an di rumah sesepuh kampung pematang rambai. Setelah selesai khataman al-qur'an dilaksanakan, warga kemudian berkumpul untuk membuat kapal lancang kuning. Sebuah kapal kecil berukuran panjang satu meter dengan hiasan warna kuning dan merah pada badan kapal. Kapal lancang kuning inilah yang nantinya akan membawa sebagian sesajen dan ayam kampung berwarna putih mulus untuk dihanyutkan kedalam sungai.
Prosesi Rokat Kampung dipimpin oleh
Purawi, salah seorang sesepuh kampung yang masih keturunan Kromo bin Tobin.
Dialah yang berperan dalam pelaksanaan ritual rokat, yang tentu dibantu
oleh para sesepuh kampung yang masih turunan dari keluarga Kromo.
Dalam pelaksanaan rokat kampung, ada beberapa sesajen yang mesti disediakan terlebih dahulu. Sesajen itu tediri dari tiga lengser (nampan), Yakni :
Lengser Pertama berisi : Ayam kampung yang sudah di bakar. Segelas nasi putih. Beras kuning, telur ayam kampung, benang berwarna merah, hitam, dan kuning. Sebatang lilin, Rokok tiga batang, serta ikat kepala berwarna merah dan kuning. Semangkok Darah ayam. Gelang kerincing dan Beras banyu.
Lengser
Kedua berisi : Bunga Tujuh Rupa, Tepung
Tawar, Batu hitam yang di rendam dengan daun pandan dan Daun Juang. Konon batu
ini adalah penjelmaan datuk buyung. Tujuh buah batu peninggalan Kromo bin Tobin
Lengser Ketiga berisi : Bertih, Tajin, Teh, Kopi, Lepet, Nasi tumpeng tiga warna yakni merah, kuning dan hitam.
Lengser Ketiga berisi : Bertih, Tajin, Teh, Kopi, Lepet, Nasi tumpeng tiga warna yakni merah, kuning dan hitam.
(bersambung)