Advertise

Rumah Budaya Madura IKBM Kalimantan Barat photo RumahBudayaMaduraIKBMKalbar_zpscf4181e8.jpg
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Senin, 26 Januari 2015

ROKAT, Selamatan Kampung ala Warga Pematang Rambai

0 komentar


ROKAT, Selamatan Kampung ala Pematang Rambai
(Bagian Pertama dari dua tulisan)

Rokat Kampong (selamatan kampung) adalah tradisi masyarakat Madura yang tinggal di Desa Pematang Rambai Kecamatan Kuala Mandor A  Kabupaten Kubu Raya. Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali, yakni pada tanggal 27 Bulan Mulud atau bertepatan pada tanggal 27 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah dan sudah berlangsung secara turun temurun.
 
Rokat Kampong konon bermula ketika Kromo bin Tobin, seorang perantau dari Pulau Madura yang menikahi seorang wanita dari keturunan etnis dayak. Setelah menikah Mereka berdua kemudian tinggal di sebuah Kampung Pematang Rambai. Saat pertama kali mereka menginjakkan kaki di Kampung Pematang Rambai, Kromo bin Tobin melakukan sebuah ritual penolak bala'. Ritual inilah yang kemudian menjadi cikal bakalnya Rokat Kampung.

Rokat Kampong pada dasarnya ditujukan untuk meminta perlindungan pada roh-roh leluhur nenek moyang mereka agar tempat yang didiami terhindar dari segala bala' atau marabahaya, serangan binatang buas seperti buaya serta mata pencaharian dan hasil tani melimpah.

Dahulu ritual Rokat Kampong cenderung menggunakan faham animisme. Namun dalam perkembangannya terjadi perubahan, dengan bukti yang awalnya menggunakan mantra-mantra dan pada peristiwa selanjutnya unsur-unsur bacaan Islam (Doa-doa dalam agama Islam) mulai dimasukkan.

Satu hari sebelum rokat kampong digelar, yakni pada tanggal 26 bulan maulid terlebih dahulu diadakan khataman al-qur'an di rumah sesepuh kampung pematang rambai. Setelah selesai khataman al-qur'an dilaksanakan, warga kemudian berkumpul untuk membuat kapal lancang kuning. Sebuah kapal kecil berukuran panjang satu meter dengan hiasan warna kuning dan merah pada badan kapal. Kapal lancang kuning inilah yang nantinya akan membawa sebagian sesajen dan ayam kampung berwarna putih mulus untuk dihanyutkan kedalam sungai.
Prosesi Rokat Kampung dipimpin oleh Purawi, salah seorang sesepuh kampung yang masih keturunan Kromo bin Tobin. Dialah yang berperan dalam pelaksanaan ritual rokat,  yang tentu dibantu oleh para sesepuh kampung yang masih turunan dari keluarga Kromo.

Dalam pelaksanaan rokat kampung, ada beberapa sesajen yang mesti  disediakan terlebih dahulu. Sesajen itu tediri dari tiga lengser (nampan), Yakni :
Lengser Pertama berisi : Ayam kampung yang sudah di bakar. Segelas nasi putih. Beras kuning, telur ayam kampung, benang berwarna merah, hitam, dan kuning.  Sebatang lilin, Rokok tiga batang, serta ikat kepala berwarna merah dan kuning. Semangkok Darah ayam. Gelang kerincing dan Beras banyu.
Lengser Kedua berisi : Bunga Tujuh Rupa, Tepung Tawar, Batu hitam yang di rendam dengan daun pandan dan Daun Juang. Konon batu ini adalah penjelmaan datuk buyung. Tujuh buah batu peninggalan Kromo bin Tobin
Lengser Ketiga berisi : Bertih, Tajin, Teh, Kopi, Lepet, Nasi tumpeng tiga warna yakni merah, kuning dan hitam.

(bersambung)

Read more...
Selasa, 06 Januari 2015

Relokasi PKL Pontianak Utara

0 komentar

Relokasi PKL Pontianak Utara
Agus : Perindah Kota dan Urai Kemacetan


IKBM Kalbar News


Rencana Pemerintah Kota Pontianak merelokasi sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di sekitaran Terminal Siantan, tepatnya di bibir Jalan Gusti Situt Machmud mendapat sambutan positif dari sejumlah kalangan anggota DPRD Kota Pontianak.
Salah satunya Agus Sutisno. Politisi Partai Golkar Dapil Pontianak Utara menyatakan, langkah tersebut sudah tepat mengingat kawasan tersebut merupakan jalur lambat.
Bila relokasi tersebut terlaksana, tak hanya akan mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Namun juga akan memperindah Pontianak Utara, khususnya di kawasan padat pertokoan tersebut.
“Jangan sampai relokasi tapi tak ada tempat untuk pindah. Info yang ada kan akan dipindah ke sebelah Pasar Puring. Itu sudah bagus, pemerintah bersikap tak hanya menggusur, namun juga menyediakan tempat buat PKL,” ujar Agus kemarin.
Demikian pula politisi Partai Hanura dapil yang sama, Mashudi juga menyebutkan rencana relokasi bukan sekedar ingin merusak pendapatan masyarakat PKL, melainkan untuk memberi kenyamanan bagi semua, baik pedagang maupun pembeli.
Rencana relokasi suatu program yang bagus untuk didukung bersama. “Ini bagian dari wujud keberadaan pemerintah terhadap masyarakat Pontianak Utara. Penataan jangan dianggap sebagai penggusuran atau menutup ladang ekonomi, melainkan memberikan kenyamanan bagi semua,” ujarnya kemarin saat ditemui di ruang fraksinya di kantor DPRD Kota Pontianak.
Tak hanya soal relokasi, Mashudi juga sangat berharapa masyarakat Pontianak Utara untuk berada di tengah program yang dicanangkan pemerintah, khususnya dalam setiap program yang untuk membangun Pontianak Utara.
Dukungan dan sikap masyarakat sangat penting dalam perwujudan Pontianak Utara yang lebih baik. “Tanpa dukungan masyarakat, segala program dan rencana yang berkenaan dengan Pontianak Utara akan sia-sia,” ujarnya.
Read more...
 
Madura at West Borneo © 2014 | Designed By Blogger Templates